Cinta
Kemanusiaan
Membayangkan
sebuah kedamaian dan kebaikan social dalam hidup merupakan tatanan ideal. Jika
kedamaian social merupakan sebuah tindakan, maka tentunya ada ia memiliki
sumber gagasan dan kekuatan.
Dari titik
ini, menarik hukum kekekalan energi yang dikenalkan James Prescott Joule yang
mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,
kecuali hanya dapat berpindah dari satu bentuk ke bentuk lain. Jika hukum
kekekalan energi ini tidak terbantahkan, maka sumber kekuatan kebaikan
universal pun berasal dari satu titik energi yang sama nilai universalitasnya
dan berbanding lurus arah kebaikannya.   
Energi yang
abadi dan berakumulasi kepada kebaikan itu, tidakkah itu energi cinta yang
berasal dari naluri alami manusia secara universal. Lantas, bagaimana melakukan
sebuah kebaikan universal dan gerakan moral hanya dengan bermodalkan cinta
semata? Bagaimana arah gerak energi itu dalam mengkonsolidasi diri merubah
tatanan kehidupan? Terlebih lagi itu seolah kontradiksi, di satu sisi cinta
merupakan sebuah sikap yg emosional dan personal, sedangkan perubahan tatanan
kehidupan bersipat intelektual dan ilmiah.. 
Bagaimana
bentuk gerakan dengan basis cinta? Apa pijakannya??
Sekilas
tampak merupakan ironi dan bahkan seperti komedi klasik yang menggelikan.. tapi
semua cibiran itu hanya akan menjadi bunyi-bunyian nyaring tanpa makna jika ia
menyadari fakta sejarah gerakan ahimsa-nya Mahatma Ghandi, politik anti
Apartheidnya Nelson Mandela, Kosmopolitanisme universalnya Gusdur, bahkan
gerakan tauhid sebagai teologi pembebasannya Muhammad saw. sebagai inspirasi
gerakan moral yang digandrungi selama 14 abad yang lalu.
Jika ditarik
titik temu antara hukum kekekalan energi dengan fakta sejarah di atas, maka
dapat ditarik satu bandul yang sama, yakni segala gerakan moral dan gerakan
intelektual yang terjadi merupakan varian ekspresi positif dari perpindahan
energy abadi dalam hidup ini. Selama hidup ini ada, selama itu pula ia aka
nada. Di situlah letak kekalnya, ia akan menjadi cita-cita ideal untuk segala
zaman, melampaui positivism pengetahuan, atau gerakan politik aliran yang
sangat temporer.
Jika energi
cinta (mahabbah) merupakan sebuah energi besar, maka tidak mustahil hal ini
akan menjadi inspirasi bagi gagasan-gagasan dan gerakan besar. Tentunya ini pun
yang terus dijaga oleh para asketis, bahkan diwujudkan melalui tasawuf sebagai
sebuah kritik social.
Dengan
menelisik akar nalarnya, madzhab mahabbah merupakan dorongan untuk melakukan
kejujuran, kebijaksanaan, kesederhanaan, keikhlasan, bahkan menjadi inspirasi
perlawanan terhadap kedzaliman, keangkuhan, karena pada dasarnya ia baik dan
bergerak menuju hal-hal yang baik, fitrah, positif.
Jika
mahabbah kawin siri dengan kenikmatan, maka ia jadi berhala. Jika mahabbah
berselingkuh dengan keangkuhan, maka ia hanyalah perbudakan dan kedzaliman.
Jika mahabbah inkar dari ketuhanan, maka ia hanyalah kemusyrikan. Jika mahabbah
bersekongkol dengan kepentingan, maka ia hanyalah kemunafikan.
Dengan paradigma di atas, maka resolusi 24 ini adalah madzhab cinta
tanfa syarat, hadir sebagai fitrah dari sumber ketitakterbatasan Tuhan,
berekspresi melalui media kehidupan. Cinta tanpa syarat merupakan cinta akan
kehidupan, cinta akan kematian, cinta akan kebijaksanaan, cinta akan semangat
juang, cinta akan karya-karya besar, cinta akan hokum proses, cinta akan
kenyataan, cinta akan cobaan, dan cinta kepada siapapun dan apapun sebagai
wujud dari cinta kepada Tuhan dalam kehidupan. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar